Seorang pemain Korea Selatan dipenjara setelah menolak wajib militer

PUBG Player Korea Selatan – PUBG atau yang sering disebut dengan game Battle Royale PlayerUnknown’s Battleground memang kontroversial di kalangan pemain genre shooting saat ini. Menariknya, hal ini bisa menjadi masalah bagi sebagian orang. 

Bahkan, permainan tersebut juga menjadi salah satu alasan penolakan kerja negara yang seolah membuat para hakim geleng-geleng kepala. Seorang gamer Korea Selatan dipenjara karena bermain PUBG. Bagaimana hal itu terjadi?

Penyanyi asal Korea Selatan itu menolak wajib militer dan menghabiskan waktu di penjara

Meski olahraga bisa menginspirasi banyak orang, namun rupanya ada cerita menarik yang datang dari negeri Ginseng yang saat ini masih berkonflik dengan Korea Utara. Dalam kondisi di mana Korea Utara masih berselisih, Korea Selatan telah mengerahkan semua pihak untuk mendukung stabilitas negaranya. Menariknya, ada salah satu pemain yang ditanyai alasannya menolak wajib militer. Mengapa pemain menolak dinas militer

Menurut Korea Herald, Mahkamah Agung Korea Selatan dilaporkan telah memenangkan atlet pria tersebut. Dia akan menghabiskan 1 tahun 6 bulan di penjara sebagai hukuman karena menolak wajib militer karena alasan yang baik.

Mahkamah Agung menyebut pandangan atlet Korea Selatan itu patut dipertanyakan ketika ia mengatakan tidak tertarik pada perang dan menolak kekerasan. Namun segala perilaku dan tindakannya dinilai bertentangan dengan keyakinannya karena ia juga gemar bermain PUBG. 

Hakim mengatakan hal tersebut tidak sesuai dengan motivasinya bermain PUBG, namun menolak program wajib perang.

Alasannya juga didasari karena game tersebut penuh dengan kekerasan, namun terdakwa sangat menolak proses darurat militer ini. Atlet asal Korea Selatan tersebut terus menegaskan bahwa dirinya menolak wajib militer karena takut dengan peraturan yang sewenang-wenang dan risiko melanggar undang-undang hak asasi manusia.

Hakim juga menjelaskan, pelanggaran tidak akan terjadi dalam program pendaftaran militer dan akan bergantung pada situasi dan kondisi di lapangan. Apa yang menimpa gamer asal Korea Selatan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai eksistensi video game di mata masyarakat. Seperti yang sudah dipahami semua orang, dunia maya hanyalah sebuah dunia maya yang bukan keseluruhan realitas yang kita hadapi saat ini.